Milenial tahu topeng, kan? Salah satu desa di Slopeng, Sumenep, ada pembuat topeng yang sudah dijangkau oleh orang-orang yang aktif di dunia kesenian bernama Bapak Hairun. Dia mengawali usaha ini pada tahun 1991 sebagai usaha keluarga, hingga saat ini karya-karyanya semakin diminati oleh banyak kalangan.
Perjalanan usaha pembuatan topeng yang memang sejak dulu berada di lingkungan sanggar dan tari, mengalami perkembangan pasang surut seperti wajarnya sebuah usaha. Usaha semakin berkembang ketika banyak orang yang datang untuk memesan, padahal topengnya belum dibuat. Pernah berhenti beberapa tahun, beralih ke pekerjaan lain, tapi kembali lagi membuat topeng.
Masalah kesenian secara umum tidak begitu serius, tetapi untuk memiliki jiwa, perajin topeng sangat memprihatinkan. Sampai saat beliau adalah satu-satunya yang mengerjakan topeng di lingkungannya dan tetap berharap semoga anak muda dan masyarakat ada yang tertarik untuk menjadi penerus.
Beberapa strategi telah dicoba. Tidak sukses di strategi online, akhirnya hanya memaksimalkan nomor telepon sehingga banyak orang-orang yang tidak dikenal datang ke Sumenep untuk melihat dan membeli topeng.
Kendala dalam produksi adalah jumlah pemesanan bisa lebih besar dari jumlah produksi dalam satu waktu karena pekerjanya hanya satu. Selain itu, kebutuhan yang mendesak dan cepat membuat beliau tidak bisa membuat sedemikian cepat, karena harus bertani untuk memenuhi kelangsungan hidup.
Milenial yang tertarik untuk membeli topeng atau melestarikan budaya ini bisa berkunjung ke Slopeng lho.
Perjalanan usaha pembuatan topeng yang memang sejak dulu berada di lingkungan sanggar dan tari, mengalami perkembangan pasang surut seperti wajarnya sebuah usaha. Usaha semakin berkembang ketika banyak orang yang datang untuk memesan, padahal topengnya belum dibuat. Pernah berhenti beberapa tahun, beralih ke pekerjaan lain, tapi kembali lagi membuat topeng.
Masalah kesenian secara umum tidak begitu serius, tetapi untuk memiliki jiwa, perajin topeng sangat memprihatinkan. Sampai saat beliau adalah satu-satunya yang mengerjakan topeng di lingkungannya dan tetap berharap semoga anak muda dan masyarakat ada yang tertarik untuk menjadi penerus.
Beberapa strategi telah dicoba. Tidak sukses di strategi online, akhirnya hanya memaksimalkan nomor telepon sehingga banyak orang-orang yang tidak dikenal datang ke Sumenep untuk melihat dan membeli topeng.
Kendala dalam produksi adalah jumlah pemesanan bisa lebih besar dari jumlah produksi dalam satu waktu karena pekerjanya hanya satu. Selain itu, kebutuhan yang mendesak dan cepat membuat beliau tidak bisa membuat sedemikian cepat, karena harus bertani untuk memenuhi kelangsungan hidup.
Milenial yang tertarik untuk membeli topeng atau melestarikan budaya ini bisa berkunjung ke Slopeng lho.